Hubungan Karakter Tokoh dengan Amanat dalam Cerpen Jalan Lain ke Roma
Cerpen Jalan Lain ke Roma merupakan salah satu cerpen yang terdapat di dalam kumpulan cerpen Dari Ave Maria Jalan Lain ke Roma karya Idrus. Kumpulan cerpen ini diterbitkan pada tahun 1948.
Idrus atau nama lengkapnya Abdullah Idrus, lahir pada 21 September 1921 di Padang, Sumatera Barat. Dia meninggal di Padang, Sumatera Barat pada 18 Mei 1979. Perkenalan Idrus dengan dunia sastra sudah dimulainya sejak duduk di bangku sekolah, terutama ketika di bangku sekolah menengah. Ia sangat rajin membaca karya-karyaroman dan novel Eropa yang dijumpainya di perpustakaan sekolah. Ia pun sudah menghasilkan cerpen pada masa itu. Minatnya pada dunia sastra mendorongnya untuk memilih Balai Pustaka sebagai tempatnya bekerja. Ia berharap dapat menyalurkan minat sastranya di tempat tersebut, membaca dan mendalami karya-karya sastra yang tersedia di sana dan berkenalan dengan para sastrawan terkenal. Keinginannya itu pun terwujud, ia berkenalan dengan H.B. Jassin, Sutan Takdir Alisyahbana, Noer Sutan Iskandar, Anas Makruf, dan lain-lain.
Cerita pendek Idrus mendasarkan pada konsep mengandung makna. Pemborosan kata-kata tidak perlu dibuang jauh-jauh. Persoalan yang digarapnya bersifat pengamatan sosial. Keadaan yang buruk dan kacau di sekitar revolusi diejek sampai ke inti manusianya. Sikapnya sinis terhadap lingkungannya. Kelemahan-kelemahan manusia ditonjolkan. Gaya sastranya disebut "kesederhanaan baru" itu dia pelajari dari para Ekspresionis Belandatahun 1930-an, terutama Willem Elsschot.
Idrus sudah menulis cerita-cerita pendeknya sejak jaman Jepang, seperti halnya ChairilAnwar. Karya-karya berupa cerpen dapat dibukukan tahun 1948 (Dari Ave Maria ke JalanLain ke Roma). Kemudian menyusul karya-karya lainnya: Keluarga Surono (drama, 1948), Dokter Bisma (drama, 1945), Jibaku Aceh (drama, 1945), Aki (novel, 1950), Perempuan dan Kebangsaan (novel, 1950).Pada tahun 1950-an, karena tekanan politik dan sikap permusuhan yang dilancarkan olehLembaga Kebudayaan Rakyat terhadap penulis-penulis yang tidak sepaham dengan mereka, Idrus terpaksa meninggalkan tanah air dan pindah ke Malaysia. Namun nama Idrus masih muncul sebagai redaktur atau penulis cerita pendek serta esai di majalah-majalah. Tahun1961, ia menerbitkan kumpulan cerita pendeknya di Kuala Lumpur. Dengan Mata Terbuka, kemudian menyusul novelnya Hati Nurani Manusia (1976, Kuala Lumpur), dan terakhirmenerbitkan novel berjudul Puteri Penelope (1973, Balai Pustaka). Meskipun karya-karya Idrus cukup banyak, berupa cerpen, drama dan novel, namun sedikit sekali yang mencapai nilai sastra abadi.
Cerpen Jalan Lain ke Roma ini menceritakan tentang seorang pria bernama Open yang berasal dari keluarga cukup mampu di sebuah desa. Nama Open itu sendiri diberikan oleh ayahnya disaat ayahnya bermimpi tentang kota New York dan mendengar orang-orang di sana mengucapkan openhartig atau membuka hati atau pun berterus terang apa yang dirasakan.
Dikarenakan riwayat namanya tersebut, karakter Open menjadi seorang yang amat sangat berterus terang dalam segala hal di kehidupannya. Berdasarkan penamaan tokoh saja sudah sangat terlihat jelas karakter yang akan disampaikan oleh penulis pada tokoh utama tersebut. Open yang artinya terbuka atau jujur sudang sangat kontras terlihat bahwa karakternya pasti akan jujur terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
Jenis penokohan berdasarkan fungsi penampilannya terbagi menjadi dua, yaitu protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya disebut hero-tokoh yang merupakan pengejewantahan norma-norma nilai-nilai yang ideal bagi kita. Sedangkan tokoh protagonis merupakan yang memunculkan konflik dan bukanlah tokoh yang membawa nilai-nilai kebaikan.
Tokoh Open bila dilihat secara sekilas dan secara umum dengan berbagai peristiwa yang terjadi padanya, bisa dikatakan dia merupakan tokoh antagonis karena memiliki keegoisan. Akan tetapi jika melihatnya lebih dalam lagi dan kita mengetahui bagaimana tipe penulisan dari Idrus yang penulisan karyanya merupakan satiran sosial bahkan sampai ke inti manusia, kita akan menjadi memandang Open sebagai tokoh protagonis yang baik walaupun konflik-konflik yang menerpa dirinya dikarenakan karakternya yang sangat begitu jujur. Hal ini dikarenakan Idrus ingin menyampaikan sindiran kepada para pembaca dalam bentuk karakter Open yang memang sudah sangat sulit ditemukan, bahkan akan dianggap aneh jikapun terdapat karakter seperti Open.
Dalam penggambaran tokoh yang digunakan oleh Idrus yaitu menggunakan tekik ekspositori atau teknik analitis. Pelukisan tokoh dengan teknik ini terlihat sederhana dan ekonomis. Ini memang sudah terlihat dari ciri penulisan Idrus yang lebih kepada mengandung makna dan tidak dibuang jauh-jauh pemborosan kata. Dengan teknik ini, sifat Open yang sangat jujur tetaplah stabil hingga akhir cerita, walaupun terjadi sedikit perubahan karakter pada setiap pergantian latar tempat cerita.
Pada saat ia menjadi seorang guru di sebuah sekolah di kota perantauannya, Open yang memang sangat jujur, salah satunya menceritakan kejujurannya tentang keadaan rumah tangganya terutama sang isteri. Setelah peristiwa tersebut, diolok-olok lah Open oleh murid-muridnya, terutama yang bersikap kurang menghormati. Karena kejujuran hatinya tersebut, sehingga dipukul lah anak tersebut hingga mengeluarkan darah dari kupingnya walau pukulan tersebut tidak keras dirasakan Open.
Karakter seorang guru yang seharusnya menjadi seorang yang berwibawa, berkharisma, penyabar, lembut, dan menjadi contoh yang baik untuk siswanya, tapi sosok tersebut pada saat itu sudah mulai dikeluti oleh para orang-orang yang berisikan kebohongan dalam kehidupannya. Apabila terdapat sosok guru yang baik hati dan bahkan sangat jujur, kurang disukai oleh masyarakat. Bahkan untuk melindungi nama baik dirinya ataupun sekolah, ia rela harus menjadi sosok lain dan berbohong. Hal ini terlihat pada saat Open dipanggil oleh kepala sekolah, kemudian dimaki-makilah Open. Dikarenakan untuk melindungi nama baik sekolah dan tanpa melihat dari sudut pandang lain dan mempertimbangkan kepribadian Open, sang kepala sekolah langsung memecatnya. Akan tetapi Open tetaplah berkata jujur dan berusaha tidak kehilangan harga dirinya sebagai guru atau pengajar.
Kejadian itu menyebabkan orang tua murid yang kena pukul itu datang ke sekolah. Guru kepala memaki-maki Open dan akhirnya Open diberhentikan.
Akan tetapi, waktu Open hendak pergi meninggalkan sekolah celaka itu, ia menentang guru kepala, dan tegas-tegas katanya “Satu hal Tuan harus akui. Saya tidak goblok. Saya hanya menceritakan kepada anak-anak, bahwa istri saya pernah mengejar saya dengan golok. Saya lari... dan anak-anak menamakan saya sejak itu guru goblok. Mengapa, Tuhan saja yang tahu. Saya tidak.”
Perlu kita perhatikan, disaat Open menjadi guru, karakter tokoh memiliki keterkaitan terhadap amanat-amanat yang terdapat di dalam cerpen ini. Sosok Open sebagai guru terlihatlah tegas atas keputusan yang diambilnya. Selain itu, maksud baik hatinya untuk menanamkan kejujuran terhadap siswanya, malah dirinya mendapat olokan yang tidak menyenangkan. Serta karakter kepala sekolah yang langsung memaki dan memecat Open tanpa menanyakan kepadanya dan memberi Open nasihat, masukan, dan peringatan terlebih dahulu. Amanat yang ingin disampaikannya berupa, jadilah sosok guru yang jujur, baik hati mengajarkan kejujuran walaupun belum mengetahui cara yang pas diantarkan kepada siswa-siswi, dan tegas serta berani atas keputusan yang diambilnya karena itu bukanlah kesalahan fatal 100% pada dirinya yang tergambarkan pada karakter Open saat menjadi guru. Selain itu, janganlah menjadi seorang pendidik yang hanya memikirkan menjaga nama baik dirinya dan sekolah dan membuang nilai kejujuran hanya karena wali siswa tanpa secara objektif menilai suatu kasus.
Karakter jujur yang tertanamkan pada Open, terlihat pula saat Open membeli sepeda ontel miliki orang Belanda. Ia mengaku hanya memiliki uang seratus rupiah dan mengiyakan persyaratan dari sang pemiliki sepeda tersebut apabila ia ingin membelinya dengan uang seratus rupiah. Syarat-syarat yang diberikan oleh orang Belanda tersebut sangatlah licik dan merugikan Open.
Pesan yang ingin disampaikan Idrus pada peristiwa ini ialah orang yang jujur, baik hati, dan polos pada zaman tersebut, mulai tidak disukai bahkan dicurangi dan dibohongi dengan pernyataan palsu yang merugikan salah satu pihak.
Pada peristiwa pertengkaran hebat antara Open dengan istrinya, sangat terlihat jelas pesan yang ingin disampaikan melalui sindiran kepada pembacanya bahwa seorang suami seharusnya memang bersifat jujur, tegas, dan objektif. Pria sebagai suami yang memiliki karakter seperti itu perlahan sudah mulai memudar.
Sudut pandang pada cerpen Jalan Lain ke Roma adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Idrus memposisikan dirinya yang mengetahui tokoh, peristiwa, dan tindakan yang dilakukan tokoh dalam cerita tersebut. Selain itu, yang membuat cerpen ini bersudut pandangkan orang ketiga serba tahu atau “Dia Maha Tahu” ialah Idrus bebas memasukan segala komentarnya dan segala pesan yang ingin disampaikannya kepada pembaca dalam bentuk tersurat walaupun cukup sulit dimengerti bila pola pikir pembaca terlalu umum dalam memandang cerpen tersebut. Hal ini terlihat dari berbagai macam peristiwa yang disampaikan dan berbagai pekerjaan yang dialami oleh tokoh utama. Maka dari hal tersebut, sudut pandang pada cerpen ini merupakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Setelah peristiwa tersebut, dikarenakan Open memiliki hati dan sifat yang baik, dia berkeinginan menjadi seorang mualim atau pada saat ini dikenal sebagai ustadz. Ia berkeinginan menyebarkan kebenaran agama terhadap semua orang. Namun celakanya, disaat ia menjadi seorang mualim, ia mengalami hal yang sama seperti ketika menjadi seorang guru. Ia memukul murid yang belajar mengaji kepadanya dikarenakan kenakalan muridnya tersebut dengan menyebutkan sifat Allah secara main-main. Sunggulah terlihat karakter Open yang sangat jujur, selain itu tegas dalam mengambil keputusan yaitu menghukum muridnya karena telah memainkan ajaran agama secara tidak baik, akan tetapi cara yang digunakan masih kuranglah tepat karena dapat melukai murid. Didasarkan karakternya yang baik, sedih hatinya karena kejadian tersebut.
Muka Open bukan main merahnya. Karena marah, dipukulnya anak itu, tetapi syukurlah kejadian itu tidak berakibat berhentinya Open dari guru agama dan mualim.
Hal ini diceritakannya kepada ibunya, Open kelihatannya sangat bersedih hati.
Di saat Open bersama istrinya di kota dan Open mulai menulis setelah bertemu seorang mualim yang melakukan hal yang sama, walaupun berbeda tampilan dari mualim sewajarnya waktu itu. Pada saat kembali ke desa dan berpakaian seperti mualim kota yang ditemuinya dan dianggap gila lah Open oleh warga desa. Pada peristiwa ini, karakter Open tergambarkan bahwa ia seorang yang jujur dengan menggunakan pakaian yang hanya ia miliki saja, berpikir positif dengan keadaan, dan warga yang terlalu berpikiran negatif. Amanat berdasarkan pada karakter dalam peristiwa ini, ialah seorang mualim atau seorang ustadz mendapatkan sindiran karena pakaian yang mereka gunakan harus sesuai tanggapan masyarakat, padahal belum tentu sesuai kondisi dirinya atau keluarganya yang disampaikan melalui Open.
Surtiah merupakan sosok wanita yang berkarakter baik hati, setia, dan bersahaja. Kesetiaan seorang wanita adalah suatu hal yang berharga. Ini terlihat disaat Surtiah diusir oleh Open dan diperintahkan kembali ke desa, ia tetap memilih setia kepada Open walaupun saat itu mereka sedang kesulitan keuangan. Ia kembali ke desa seperti perintah Open, tetapi siap kembali kapanpun disaat Open membutuhkannya.
Ini diucapkan sungguh-sungguh oleh Open dan Surtiah merasa; ia memang lebih baik pulang saja ke desa. Mudah-mudahan Open pada suatu ketika memerlukan dia kembali dan ia tentu akan segera kembali ke kota.
Ibu Open merupakan sosok yang bijaksana terhadap anaknya. Selain itu, ia merupakan sosok Ibu yang baik, sewajarnya mengajarkan kebaikan, dan menyayangi anak tidak berlebihan. Kedua tokoh ini, terlihat sangat jelas terdapat perbedaan karakter dengan tokoh Open. Perbedaan dari kedua karakter tersebut, apabila dilihat dari sekedap kacamata akan terlihat kontradiksi tokoh. Akan tetapi, apabila kita lihat pesan yang disampaikan berdasarkan karakter Surtiah yaitu jadilah sosok wanita yang setia, baik hati, dan bersahaja. Serta amanat berdasarkan karakter Ibu, yaitu jadilah seorang Ibu yang mampu membimbing anaknya dalam jalan kebaikan dan menjadi orang hebat dan menyayangi anak sekadarnya serta mendidiknya dengan benar. Maka, kedua tokoh tersebut memiliki pengaruh terhadap karakter Open dan amanat yang nantinya akan disampaikan. Terdapat istilah di balik laki-laki sukses terdapat wanita hebat dibelakangnya. Pada cerpen ini, dimaksudkan dibalik karakter Open yang berani memberikan sindiran kerasa terhadap masyarakat dengan karakternya yang begitu jujur, tegas, penyayang, bijaksana terdapat sosok tokoh Ibu dan Surtiah. Apabila kedua tokoh wanita tersebut ditiadakan atau tidak terelevansikan, maka amanat yang akan disampaikanpun akan berubah karena karakter Open pun akan berubah. Peristiwa yang dihadapinya pun akan dihadapi dengan sikap dan sifat yang berbeda. Karena pesan sang ibu, Open menjadi orang yang selalu jujur dan karena kesetiaan sang istri Open menjadi berpikir lebih dewasa dan penyayang keluarga.
Keterus terangan Open yang diungkapkan dalam sebuah dongeng yang diterbitkan, mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat Indonesia. Walaupun sebelumnya mendapat penolakan secara halus oleh redaktur. Dongeng tersebut, mendapat pertentangan dari Jepang. Sehingga dirinya ditangkap dan dipenjara. Karakter Open ketika pembuatan dongen tersebut, kejujuran Open sangatlah terlihat dan didampingi sifat peduli sosial yang makin baik. Amanat berdasarkan karakter Open tersebut pada peristiwa ini, yaitu jujurlah pada diri sendiri dan orang lain serta tumbuhkan rasa sosial peduli yang semakin baik kepada sesama manusia. Karena tanpa adanya kejujuran dan rasa peduli sosial yang tinggi, derita masyarakat miskin tidak akan ada manusia yang mengetahuinya dan memperdulikannya.
Ketika di penjara, dirinya mendapatkan perilaku tidak baik dengan semakin kurus tubuhnya. Akan tetapi, setelah kemerdekaan, Open dibebaskan dari penjara. Karakter Open yang dahulu berbeda jauh dari yang kini. Segala sesuatu kini dianalisisnya dahulu tak langsung mengungkap isi hatinya dari apa yang ditangkapnya. Ia pun mengakui apa yang dilakukannya terhadap Surtiah adalah sebuah egoisme. Dan memiliki pekerjaan baru sebagai penjahit.
Amanat berdasarkan karakter Open setelah ia dibebaskan penjara, ialah segala sesuatu haruslah dipikirkanlah terlebih dahulu secara matang dan tepat. Janganlah langsung mengungkapkan apa yang dirasakan oleh hati, karena belum tentu itu adalah kebaikan malah dapat menimbulkan keburukan untuk kita. Serta Open yang lebih bijak, lebih menempatkan kejujuran pada tempat yang lebih aman. Dan Open menjadi orang yang lebih menyayangi istrinya.
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, serta pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Maka dari hal itu, amanat merupakan suatu hal yang penting dalam suatu kisah. Amant ini pun muncul dikarenakan dari berbagai unsur di dalam sebuah cerita.
Pada cerpen ini, amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca memiliki hubungan dengan karakter tokoh karena sang penulis ingin menyampaikan segala satirannya melalui tokoh dalam cerpen ini dengan beberapa profesi dan peristiwa yang menghampirinya.
Tiga profesi yang dilakukan oleh Open merupakan profesi yang mulia karena sangat dapat bermanfaat untuk orang lain. Ketiga profesinya, yaitu guru, mualim atau ustadz, dan penulis. Pada setiap profesi ini, Open memiliki karakter yang sedikit berbeda dan memiliki kemajuan terhadap karakternya. Ketiga profesi mulia tersebut, mulai sejak zaman tersebut sudah terhambatkan kebaikan kejujurannya oleh sosok-sosok yang berisikan kebohongan demi kepentingan sebuah pihak tanpa melihat secara objektif apapun itu. Maka dari itu, karakter menjadi memiliki hubungan dengan amanat pada cerpen ini dikarenakan karakter yang terbentuk oleh latar, peristiwa, tokoh lain, dan profesi yang sehingga karakter tokoh menjadi terhubung dengan pesan yang akan disampaikan.
Tema pada cerpen ini mengenai lika-liku kehidupan. Tema ini sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi serta penokohan tokoh. Bukan hanya sesuai dengan peristiwa yang terjadi dan penokohannya, tema ini sesuai pula dengan amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca.
Pada cerpen ini, latar waktu yang tersajikan yaitu sekitar pada zaman kependudukan Jepang. Ini terlihatkan pada saat dongeng karya Open mendapat cekalan Jepang karena telah salah membebas sensorkan cerpen tersebut. Selain itu latar tempat yang tersajikan yaitu di sebuah desa yang tidak disebutkan namanya. Lalu kota perantauan, yakni kota Jakarta. Ini terlihat disaat Open berkata melihat bangkai anjing yang terbawa arus sungai ciliwung dimakan orang. Latar penjara yang terlihatkan dari Open yang harus makan, minum, dan buang air besar di tempat itu.
Pada cerpen ini, latar mempengaruhi karakter tokoh. Hal ini tergambarkan disaat Open berada di dalam penjara, pemikirannya tentang suatu keterbukaan menjadi berubah. Suatu hal harus dia pilah dahulu, tidak langsung menelan smuanya secara mentah-mentah. Open menjadi sosok yang lebih bijak dan lebih tenang. Pada saat dia di kota perantauan, dia berubah menjadi sosok mualim yang berbeda di desanya. Pemikirannya mulai lebih maju tetapi masih tidak diikuti kebijaksanaan. Pesan utama yang ingin disampaikan Idrus dalam karakter di dalam cerpen ini ialah, Jadikanlah kejujuran sebagai suatu landasan hidup, karena dunia sudah terisikan kebohongan. Selain itu, kejujuran merupakan modal utama seseorang menjadi hebat, dan profesi semulia apapun bila dilakukan dengan kebohongan di dalamnya, maka akan menghasilkan produk yang berisikan kebohongan pula.
Referensi :
1.Muhammad Yusuf Indra Permana, Idrus, diunduh dari http://www.scribd.com/doc/108426556/Biografi-Idrus#scribd pada 06 Oktober 2015, pukul 17.00 WIB.
2. Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: UGM Press, 2013),cet. ke-10, hlm. 261
3. Idrus, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), cet ke-27, hlm. 152
4. Wahyudi Siswanto,